Sabtu, 10 Juli 2010

cinta pada sepotong harapan




ran2, seperti yang pernah saya sebutkan sebelumnya,
perempuan selebor, dan sering "mengancam" saya dengan kemampuannya
sebagai wanita petarung "smackdown"
hahahaahahahahahaaa

dia "menggantungkan" hatinya pada seorang koko cina,
yang saya anggap itu seperti penderita asma yang memberikan inhaler-nya pada orang lain,
saat rindu datang menyerang, dia akan sulit bernafas, sesak tepatnya,
dan  harus menuggu orang itu datang memberikan inhealer,
atau nafas bantuan jika sedang beruntung,,,
dan jika si pemegang inhaler tidak datang,
maka tunggulah samapi dia datang atau samapi kesesakan itu hilang
menunggu dalam kesesakan? kasihan!!!

cerita ran-ran mengembalikan memori saya pada nasib belalang hijau beberapa musim lalu,
beda cerita, tapi secara garis besar sama,
karena cerita cinta manusia sekarang mungkin meniru skenario sinetron indonesia

sama pola cerita beda pemeran,,,
atau karena sutradaranya yang sama???

tidak jauh-jauh dari "scene" kasmaran,  mencari tahu, perkenalan,  malu-malu, pengharapan ,menyakiti, dan disakiti.

dan sekarang teman saya ini sedang memainkan "scene" perkenalan-nya,
yah, masa-masa kritis,
tapi ini lebih baik, selangkah lebih maju,
lebih baik dari pada "scene" mencari tahu,
lebih ada kepastian, kepastian yang lebih jelas,
dari pada meraba-raba dalam kegelapan  tanpa cahaya sedikitpun,
dan saya yang selalu diraba,
hahahahhaha

ada satu kalimat yang sangat di benci ran-ran,,,
yang saya suka sekali perdengarkan,
FORGET HIM!!!
hahahahahahhaa
dan dia langsung melempar saya dengan spidol warna ungu
untung tak melukai, karena kalau sesuatu yang buruk terjadi pada saya, karena spidol ungu itu
kemanakah lagi ran-ran akan melabuhkan "kapal" ceritanya,



aku sedang duduk diatas batu dikaki bukit
ketika belalang hijau menghampiriku,
membawa setangkai bunga kertas,,,
kali ini mulutnya penuh dengan nektar bunga,
entah sudah berapa bunga yang di perawani,
untuk memuaskan nafsu, nafsu hewaninya

"sedang apa kamu?" tanya belalang hijau


aku tersenyum, tersenyum melihat teman lamaku akhirnya muncul juga, belalang hijau
"aku sedang memikirkan temanku"
"dia sedang jatuh cinta"

"lalu"? tanya belalang hijau
belalang hijau menumpuk-numpuk bunga kertas dan berbaring diatasnya
kecil sekali kakinya, tapi aku lupa  dia dapat melompat tinggi,
lebih tinggi dari lompatanku

"aku tidak tega"

"tidak tega"?
"hahahahahah,, kenapa? bukankah seharusnya kamu senang"?
belalang hijau mulai membuka salah satu kelopak bunga kertas,

"iya, aku tidak tega, aku tidak mau dia bernasib sama sepertimu"

"aku?,,, hahahahah kenapa aku?"
"aku baik-baik saja"
"lihatlah...."

belalang hijau terbang kesana kemari,
memamerkan sayapnya yang ungu keperakan diterpa sinar bulan
memamerkan kehebatannya melompat tinggi, dan mendarat kembali di tumpukan bunga kertas
kemudian membuka kelopak bunga dan menikmati nektarnya

"tidak akan terjadi apa-apa dengan temanmu itu"
"paling-paling dia hanya terluka sedikit"
"yahh,, tidak banyak, hanya beberapa tetes air mata setiap harinya"
"dan akan berhenti pada purnama yang ke 3"
"seperti burung yang hilang sayapnya"
"atau......"

"tega sekali kau!!!!!" kataku memotong kasar
"apa kau tidak ingat, seperti apa kau dulu"
"menangis meraung ditinggalkan si cacing tanah!"
"3 hari aku tak tidur mendengar suara busuk mu itu!"
"sudah lupakah kau?!"

amarahku meluap, meluap,
tanganku mengepal
bagaimana belalang ini melupakan hari-harinya dulu
saat si cacing tanah meninggalkannya pergi tanpa kata

"mau kah kau temanku bernasib sama denganmu" tanyaku pelan,,

belalang hijau, terbang rendah kepundakku
dia berkata;
"bagaiamana aku lupa kawan"
"saat itu hanya kau menemaniku, dan yang lain berpaling"
"dan aku takkan melupakannya"

suasana hening sejenak,
aku menengadahkan kapalaku keatas,
bulan malam ini tampak pucat, sesekali awan abu-abu menutupinya
dan embun di rerumputan membasahi kakiku,
persis beberapa tahun lalu, ditempat ini, belalang hijau selalu bercerita tentang cacing tanah
selalu memandanginya  menggali tanah, dia begitu menyanjungnya
sampai-sampai pujiannya untuk si cacing tanah mengalahkan keelokan sinar bulan
dulu,
dari pagi hingga malam belalang hijau selalu "mengawasinya"
melihatnya dari kejauhan sudah membuatnya bahagia
dan tiba pada saatnya, sang pujaaan hati menghilang
saat itu-lah belalang hijau membenci dirinya
BODOH makinya, makian untuk dirinya sendiri



"tegakah kau temanmu itu menggantungkan cintanya pada sepotong harapan"?
"tanpa berusaha meraihnya lebih dulu"?
"tidakkah kau pernah mendengar seorang pujangga (khalil gibra) berkata;
"Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dekaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu"

aku terhenyak, mencoba menelaah, tiap katanya
tapi aku tidak mengerti

"bukankan cinta tidak menyakiti?" tanyaku

aku menatap belalang hijau,
sekejap dia melihatku, dan kembali terbang keatas tumpukan bunga kertas,

menkmati santapannya yang sempat tertunda,

"bukan laut namanya jika tak berombak, dan bukan perasaan cinta namanya jika tidak pernah terluka"
"biarkanlah dia berusaha meraih harapannya"
"sebelum harapannya itu melayang, dan hanya bisa melihatnya hilang perlahan"
"itu menyakitkan,, percayalah"

belalang hijau menyelesaikan santapnya, dan tertidur pulas di atas bunga kertas
meninggalkan bulan serta aku yang memandang kagum akan dirinya,
mengalahkan aku tidak hanya dalam lompatan tapi juga pemahman

ps; sedih memang melihat orang yang kita cintai mencintai orang lain, tapi mencintai orang lain tanpa dia tidak tahu kita mencintainya itu lebih menyakitkan.

Tidak ada komentar: